(Istimewa)
Sidoarjo – Semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, terkesan sangat besar karena terjadi di tengah permukiman penduduk. Fenomena alam serupa yang terbesar justru terdapat di Azerbaijan.
"Mud volcano di sini (semburan lumpur Lapindo) bukanlah yang terbesar, melainkan di Azerbaijan," ujar Amanda Clarke, peneliti dari School of Earth and Space Exploration Arizona State University, AS, kepada wartawan di Sidoarjo, Selasa (19/2).
Menurut Clarke, terjadinya semburan lumpur Lapindo Brantas Inc, dalam penelitiannya di Renokenongo Kecamatan Porong, berhubungan erat dengan garis patahan Watukosek (Jawa Timur) dan berhubungan dengan mud volcano di Kalanganyar dan Desa Pulungan Kecamatan Sedati, Jawa Tengah.
Namun untuk lebih meyakinkan kesimpulannya, Clarke akan segera mendatangkan peralatan dari Amerika Serikat untuk melakukan penelitian lanjutan.
"Saya akan meneliti dan mengukur berbagai aspek mulai dari subsidence (penurunan tanah), air bawah tanah, gunung berapi, dan berapa kandungan lumpur yang terkandung di kawasan ini," kata Clarke. Ia menargetkan penelitian ini akan berlangsung selama empat tahun.
Deputi Operasional Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Sofyan Hadi merespon positif penelitian yang akan dilakukan oleh Clarke. "Penelitian ini harus disambut gembira. Kami siap bekerjasama dengan Clarke. Dengan demikian, dugaan adanya mud volcano bisa segera terjawab," katanya.
Soal mud volcano ini pernah diutarakan oleh Kepala BPPT Prof Ir Said D Janie dalam International Geological Workshop yang digelar pada 20-21 Februari 2007. Menurut Janie, dari data dan analisa yang telah dipaparkan oleh para peneliti nasional maupun internasional, disepakati bahwa lumpur Sidoarjo adalah fenomena alam berupa mud volcano yang diketahui berasal dari kedalaman 1.000-2.000 meter di bawah permukaan tanah.
"Lumpur tersebut mencapai permukaan akibat peristiwa alam yang sangat besar melalui bidang rekahan. Peristiwa ini terjadi akibat aktivitas tektonik dan aspek-aspek geologi terkait, terutama kondisi geohidrologi dan geothermal," kata Jenie.
Itu sebabnya semburan lumpur itu semakin hari cenderung menguat. Berdasarkan perhitungan volume sumber lumpur dan debit yang keluar, diperkirakan semburan akan berlangsung dalam waktu lama. Hal tersebut menjadi dasar pertimbangan penanganan bencana tersebut secara menyeluruh, cepat, dan tepat.
Selama ini tak seorang pun yang mengetahui persis kapan banjir lumpur itu akan berhenti. Richard Davies, seorang ahli geologi dari Universitas Durham, Inggris, memperkirakan semburan ini masih akan terjadi selama beberapa tahun mendatang.
Ahli yang telah lama menggeluti 'tabiat' gunung-gunung berlumpur ini menunjukkan beberapa contoh fenomena alam berupa muntahan lumpur yang berlangsung selama beberapa bulan bahkan sampai puluhan tahun, seperti yang terjadi pada gunung lumpur di Azerbaijan. "Semburan di sana juga berlangsung sampai beberapa tahun yang akan datang," katanya.
Dalam catatannya, terdapat sekitar dua ribuan gunung berapi lumpur yang ada di seluruh dunia, termasuk yang ada di Jawa Timur. Sebagian besar di antaranya merupakan proses yang terjadi secara alami di mana di dalamnya terdapat sedimen (endapan) yang terkubur jauh di dalam tanah dan mencair kemudian menjadi muncul kembali ke permukaan bersama dengan air dan gas.
Tetapi hanya sedikit saja yang diketahui mengenai sistem tekanan tinggi yang mendorong semburan ke permukaan tanah itu dan keadaan yang memulainya. Beberapa di antaranya yang terjadi di Koturdage di Azerbaijan dengan lumpur yang kental mengalir dari pusat kawah yang agak tinggi seperti gunung.
Ahli geologi Adriano Mazzini dari Universitas Oslo di Norwegia memandang mnculnya fenomena alam ini sebagai kesempatan emas untuk belajar mengenai evolusi alam, dengan penelitian yang pada umumnya baru dilakukan setelah berselang lama dari kejadiannya. [P1](INILAH.COM)
